Cara Menerapkan Gaya Hidup Berkelanjutan pada Siswa
Dulu mungkin aku adalah seorang anak yang kudet (kurang update), namun kini gaya hidup berubah sejak kehadiran IndiHome di rumah. Merasa kurang karena hanya berjualan di rumah, akhirnya ibu menyuruh aku untuk berkeliling menjual es kenyot buatannya. Harganya cukup murah, hanya Rp.1.000 saja. Samakan saja. Apalagi pada saat melaksanakan dinas disesuaikan. Namun sebenarnya dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa memberi seharusnya bukanlah paksaan karena dapat disesuaikan dengan apa yang kita miliki, tidak harus dalam bentuk uang namun juga bisa dalam bentuk makanan ataupun pemberian barang sekecil apa pun yang dapat kita berikan dengan kerelaan hati kita. Es kenyot yang ibu jual terbuat dari teh manis yang dimasukan ke dalam plastik es berukuran kecil. Hal ini bisa dimulai dengan hal-hal kecil yang biasa dilakukan sehari-hari. Kejadian seperti ini memang sudah tidak aneh lagi di warnet, maka dari itu aku selalu mencoba bersabar dalam menghadapinya. Hal seperti ini memang sering terjadi di warnet, biasanya ada user curang yang menggunakan software tertentu untuk ‘menyedot’ semua koneksi internet yang ada di warnet tersebut. Berjualan seperti ini terasa menyenangkan karena bisa mendapat uang tambahan, namun terkadang juga terasa menyengsarakan karena aku harus berusaha keras mencari pembeli.
Sedangkan di malam harinya, badanku terasa sakit karena lelah berjualan. Rencananya, aku ingin segera menuju kamar tidur untuk mengistirahatkan mata dan badanku yang sudah lelah. Aku segera bangun untuk menuju meja makan. Namun sesampainya di depan meja makan, aku tertegun. Sesampainya di Kemisan, aku dan ibu segera mencari baju dan sandal yang ingin dibeli. Setiap individu ingin hidup sihat dari segi fizikal dan mental. IndiHome telah mengubah banyak hal dalam hidupku, maka dari itu, aku ingin membagikan sedikit pengalamanku bersama IndiHome. Apalagi saat ini aku hanya mempunyai komputer lemot pemberian ayah yang tidak memiliki device wifi, oleh sebab itu, mengerjakan tugas sekolah di warnet merupakan pilihan yang paling tepat. Artikel bertopik televisi, stasiun televisi, atau acara televisi ini adalah sebuah rintisan. Hari minggu kali ini aku tidak bisa menikmati acara kartun yang biasa kutonton, sebab aku harus ke warnet (warung internet) untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Bahkan, dulu aku bisa seharian di depan TV ketika hari minggu datang, sebab masih banyak acara kartun yang tayang. Melihat kenyataan tersebut aku tidak tinggal diam, sebab perutku terus menuntut haknya untuk dipenuhi. Alangkah baiknya, menuntut ilmu harus diimbangi tubuh yang sehat.
Alhasil, di tengah teriknya mentari aku pergi ke Kemisan dengan tubuh yang lunglai. Kemisan sendiri merupakan pasar tumpah yang diadakan setiap hari kamis. Upah yang aku dapatkan di hari minggu juga lebih banyak dari hari-hari lain, sehingga membuat rasa capek yang aku alami hilang untuk sementara. Menikmati minggu pagi dengan menonton TV memang hal yang aku tunggu setelah enam hari lelah bersekolah. Minggu pagi, aku sedang asik menonton TV. Mereka senang mengoleksi CD, menonton televisi, “chatting”, dll… Sebab aku memilih mendapatkan uang daripada hanya rebahan sambil menonton TV saja. Pasalnya, memaksa diri membeli barang-barang mahal akan hanya membuang-buang uang saja. Aku tidak bisa memenuhi kebutuhan internet di rumah karena harga pemasangan internet cukup mahal. Tak jarang masyarakat modern berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan gengsi mereka. Di sana sangat bersih, kosong, tak ada makanan apapun. Tak hanya menimbulkan dampak negatif pada diri seorang penganut hedonisme, gaya hidup hedonisme juga dapat menimbulkan dampak merugikan pada lingkungan sekitar seperti korupsi. Segera aku cek makanan yang ada di kulkas, ternyata hanya ada air minum dan es batu saja. Aku hanya bisa menghembuskan napas dalam-dalam. Disamping membuat kesenangan, game saat ini juga bisa dijadikan sebagai media penghasil uang. Hari ini ibu memutuskan menjual es kenyot, lumayan untuk menambah pemasukan tambahan.
Ibu langsung mengobrol dengan bibi, ayu sedang tertidur di ruang TV (kemungkinan lelah karena perjalanan yang lumayan jauh), sedangkan aku sedang duduk di bawah pohon mangga bersama sepupu. Oh, iya. Di rumah, aku tinggal bersama ibu dan adik perempuan bernama Ayu yang usianya lima tahun lebih muda dariku. Hari ini aku, ibu, dan Ayu pergi ke rumah Bibi untuk bersilaturahmi. Dengan munculnya beragam aktivitas dan sarana entertainment, saat ini hedonisme adalah salah satu masalah umum dalam masyarakat. Ayo ikuti perjalananku untuk menemukan gaya hidup baru bersama IndiHome, yang dikemas dalam cerita menarik ini. Trend fashion ini juga diikuti oleh remaja di Indonesia. Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam kehidupan ini. Segera kubuka website yang menyajikan referensi untuk mengerjakan tugas-tugas yang bejibun ini. Awalnya aku menolak, namun karena diiming-imingi imbalan yang cukup besar, akhirnya aku menerimanya. Dinamakan es kenyot karena untuk menikmatinya harus dikenyot-kenyot. Kenyataan ini membuat aku tidak memiliki pilihan lain, aku harus keluar untuk membeli makanan. Saya harus menyeting mesin waktu untuk kembali ke tahun 2008, dimana saat itu Wiko masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Terkadang aku menjual es kenyot di siang hari setelah pulang sekolah.